MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK
INDONESIA
SALINAN
PERATURAN MENTERI
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 244/PMK.06/2012 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN BARANG MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, |
Menimbang
|
:
|
bahwa
dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 77 Peraturan Pemerintah Nomor 6
Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengawasan dan
Pengendalian Barang Milik Negara;
|
||||
Mengingat
|
:
|
1.
|
Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4355);
|
|||
|
|
2.
|
Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4855);
|
|||
|
|
3.
|
Peraturan
Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Dan Fungsi
Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, Dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 142);
|
|||
|
|
MEMUTUSKAN:
|
||||
Menetapkan
|
:
|
PERATURAN
MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
BARANG MILIK NEGARA.
|
||||
|
|
BAB I
KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1 |
||||
|
|
Dalam
Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
|
||||
|
|
1.
|
Barang
Milik Negara, yang selanjutnya disingkat BMN, adalah semua barang yang dibeli
atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal
dari perolehan lainnya yang sah.
|
|||
|
|
2.
|
Penggunaan
adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna Barang dalam mengelola dan
menatausahakan BMN yang sesuai dengan tugas dan fungsi instansi yang
bersangkutan.
|
|||
|
|
3.
|
Pemanfaatan
adalah pendayagunaan BMN yang tidak dipergunakan sesuai dengan tugas dan
fungsi Kementerian/ Lembaga dengan tidak mengubah status kepemilikan.
|
|||
|
|
4.
|
Pemindahtanganan
adalah pengalihan kepemilikan BMN.
|
|||
|
|
5.
|
Penghapusan
adalah tindakan menghapus BMN dari daftar barang dengan menerbitkan keputusan
dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan Pengguna Barang, Kuasa Pengguna
Barang dan/atau Pengelola Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik
atas barang yang berada dalam penguasaannya.
|
|||
|
|
6.
|
Penatausahaan
adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi dan
pelaporan BMN sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
|
|||
|
|
7.
|
Investigasi
adalah penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta-fakta, melakukan
peninjauan dengan tujuan memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
(peristiwa-peristiwa) yang berkaitan dengan Penggunaan, Pemanfaatan, dan
Pemindahtanganan BMN.
|
|||
|
|
8.
|
Kementerian
Negara, yang selanjutnya disebut Kementerian, adalah perangkat pemerintah
yang membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
|
|||
|
|
9.
|
Lembaga
adalah organisasi non kementerian lembaga dan instansi lain pengguna anggaran
yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau peraturan perundang-undangan
lainnya.
|
|||
|
|
10.
|
Pengelola
Barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab menetapkan
kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan BMN.
|
|||
|
|
11.
|
Pengguna
Barang adalah pejabat pemegang kewenangan Penggunaan BMN.
|
|||
|
|
12.
|
Kuasa
Pengguna Barang adalah kepala satuan kerja atau pejabat yang ditunjuk oleh
Pengguna Barang untuk menggunakan barang yang berada dalam penguasaannya
dengan sebaik-baiknya.
|
|||
|
|
13.
|
Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara, yang selanjutnya disingkat DJKN, adalah unit
organisasi eselon I pada Kementerian Keuangan yang mempunyai tugas merumuskan
serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang kekayaan
negara, piutang, dan lelang, yang merupakan pelaksana pengelolaan BMN di
tingkat pusat pada Pengelola Barang.
|
|||
|
|
14.
|
Direktur
Jenderal Kekayaan Negara, yang selanjutnya disebut Direktur Jenderal, adalah
direktur jenderal yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi
pengelolaan BMN.
|
|||
|
|
15.
|
Kantor
Wilayah DJKN, yang selanjutnya disebut Kanwil DJKN, adalah instansi vertikal
DJKN yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal
Kekayaan Negara, yang merupakan pelaksana pengelolaan BMN di tingkat wilayah
pada Pengelola Barang.
|
|||
|
|
16.
|
Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang, yang selanjutnya disingkat KPKNL,
adalah instansi vertikal DJKN yang berada di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Kanwil DJKN, yang merupakan pelaksana pengelolaan BMN di
tingkat daerah pada Pengelola Barang.
|
|||
|
|
Bagian Kedua
Ruang Lingkup Pasal 2 |
||||
|
|
(1)
|
Pengawasan
dan pengendalian BMN dilakukan terhadap:
|
|||
|
|
|
a.
|
BMN;
|
||
|
|
|
b.
|
pelaksanaan
pengelolaan BMN; dan/atau
|
||
|
|
|
c.
|
pejabat/pegawai
yang melakukan pengelolaan/pengurusan BMN.
|
||
|
|
(2)
|
Ruang
lingkup pengawasan dan pengendalian yang dilakukan oleh Pengguna Barang dan
Kuasa Pengguna Barang meliputi:
|
|||
|
|
|
a.
|
pemantauan;
dan
|
||
|
|
|
b.
|
penertiban.
|
||
|
|
(3)
|
Ruang
lingkup pengawasan dan pengendalian yang dilakukan oleh Pengelola Barang
meliputi:
|
|||
|
|
|
a.
|
pemantauan;
dan
|
||
|
|
|
b.
|
Investigasi.
|
||
|
|
Bagian Ketiga
Objek Pasal 3 |
||||
|
|
(1)
|
Pemantauan
dan penertiban yang dilakukan oleh Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang
meliputi pelaksanaan:
|
|||
|
|
|
a.
|
Penggunaan;
|
||
|
|
|
b.
|
Pemanfaatan;
|
||
|
|
|
c.
|
Pemindahtanganan;
|
||
|
|
|
d.
|
Penatausahaan;
dan
|
||
|
|
|
e.
|
pemeliharaan
dan pengamanan,
|
||
|
|
|
atas
BMN yang berada di bawah penguasaannya.
|
|||
|
|
(2)
|
Pemantauan
dan Investigasi yang dilakukan oleh Pengelola Barang meliputi pelaksanaan:
|
|||
|
|
|
a.
|
Penggunaan
BMN;
|
||
|
|
|
b.
|
Pemanfaatan
BMN; dan
|
||
|
|
|
c.
|
Pemindahtanganan
BMN.
|
||
|
|
BAB II
WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB Bagian Kesatu Wewenang dan Tanggung Jawab Pengguna Barang Pasal 4 |
||||
|
|
(1)
|
Menteri/pimpinan
Lembaga selaku Pengguna Barang berwenang dan bertanggung jawab atas
pengawasan dan pengendalian BMN pada Kementerian/Lembaga yang dipimpinnya.
|
|||
|
|
(2)
|
Wewenang
dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
|
|||
|
|
|
a.
|
melakukan
pemantauan atas pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan,
Penatausahaan, pemeliharaan dan pengamanan BMN;
|
||
|
|
|
b.
|
melakukan
penertiban atas pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan,
Penatausahaan, pemeliharaan dan pengamanan BMN;
|
||
|
|
|
c.
|
memberikan
penjelasan tertulis atas permintaan Pengelola Barang terhadap hasil
pemantauan dan Investigasi terkait pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, dan
Pemindahtanganan BMN;
|
||
|
|
|
d.
|
dapat
meminta aparat pengawasan intern Pemerintah untuk melakukan audit atas tindak
lanjut hasil pemantauan dan penertiban BMN sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan huruf b;
|
||
|
|
|
e.
|
menindaklanjuti
hasil audit sebagaimana dimaksud pada huruf d sesuai peraturan
perundang-undangan.
|
||
|
|
(3)
|
Menteri/pimpinan
Lembaga selaku Pengguna Barang dapat menunjuk pejabat struktural pada
Kementerian/Lembaga yang bersangkutan untuk melaksanakan kewenangan dan
tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (2) guna melakukan pemantauan
dan penertiban BMN yang ada pada Kuasa Pengguna Barang.
|
|||
|
|
(4)
|
Menteri/pimpinan
Lembaga selaku Pengguna Barang harus membuat prosedur kerja pengawasan dan
pengendalian BMN yang diberlakukan pada lingkungan Kementerian/Lembaga yang
dipimpinnya.
|
|||
|
|
(5)
|
Wewenang
dan tanggung jawab Kuasa Pengguna Barang untuk kantor/satuan kerja yang
dipimpinnya mutatis mutandis berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2).
|
|||
|
|
Bagian Kedua
Wewenang dan Tanggung Jawab Pengelola Barang Pasal 5 |
||||
|
|
(1)
|
Direktur
Jenderal merupakan pelaksana fungsional atas kewenangan dan tanggung jawab
Menteri Keuangan selaku pengelola BMN.
|
|||
|
|
(2)
|
Wewenang
dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
|
|||
|
|
|
a.
|
melakukan
pemantauan atas pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, dan Pemindahtanganan
BMN;
|
||
|
|
|
b.
|
melakukan
Investigasi atas pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, dan Pemindahtanganan
BMN;
|
||
|
|
|
c.
|
meminta
penjelasan tertulis berkenaan dengan hasil pemantauan dan Investigasi kepada
Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang terkait pelaksanaan Penggunaan,
Pemanfaatan, dan Pemindahtanganan BMN;
|
||
|
|
|
d.
|
dapat
meminta aparat pengawasan intern Pemerintah untuk melakukan audit atas tindak
lanjut hasil pemantauan dan Investigasi sebagaimana dimaksud pada huruf a dan
huruf b;
|
||
|
|
|
e.
|
menyampaikan
hasil audit sebagaimana dimaksud dalam huruf d kepada Pengguna Barang/Kuasa
Pengguna Barang untuk ditindaklanjuti sesuai peraturan perundang-undangan.
|
||
|
|
(3)
|
Direktur
Jenderal atas nama Menteri Keuangan dapat menunjuk pejabat struktural pada
Direktorat Jenderal, termasuk pejabat di instansi vertikal Direktorat
Jenderal, untuk melaksanakan kewenangan dan tanggung jawab sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
|
|||
|
|
BAB III
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN OLEH PENGGUNA BARANG/KUASA PENGGUNA BARANG |
||||
|
|
Bagian Kesatu
Pemantauan Paragraf 1 Prinsip Umum Pasal 6 |
||||
|
|
Pemantauan
oleh Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang merupakan pemantauan atas
kesesuaian antara pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan,
Penatausahaan, pemeliharaan dan pengamanan atas BMN yang berada dalam
penguasaannya dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
|
||||
|
|
Pasal 7
|
||||
|
|
Pemantauan
atas Penggunaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dilakukan terhadap:
|
||||
|
|
a.
|
BMN
yang digunakan oleh Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang;
|
|||
|
|
b.
|
BMN
yang digunakan sementara oleh Pengguna Barang lainnya; dan
|
|||
|
|
c.
|
BMN
yang dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka menjalankan pelayanan umum
sesuai tugas dan fungsi Pengguna Barang.
|
|||
|
|
Pasal 8
|
||||
|
|
(1)
|
Pemantauan
atas Pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 meliputi:
|
|||
|
|
|
a.
|
pelaksanaan
Pemanfaatan telah mendapatkan persetujuan dari Pengelola Barang; dan
|
||
|
|
|
b.
|
pelaksanaan
Pemanfaatan telah dilaksanakan sesuai persetujuan dari Pengelola Barang
dan/atau perjanjian.
|
||
|
|
(2)
|
Pemantauan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b antara lain dilakukan terhadap:
|
|||
|
|
|
a.
|
peruntukan
pinjam pakai;
|
||
|
|
|
b.
|
jenis
usaha untuk sewa dan kerjasama Pemanfaatan;
|
||
|
|
|
c.
|
jangka
waktu Pemanfaatan; dan
|
||
|
|
|
d.
|
penyetoran
penerimaan negara dari Pemanfaatan.
|
||
|
|
Pasal 9
|
||||
|
|
(1)
|
Pemantauan
terhadap Pemindahtanganan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 meliputi:
|
|||
|
|
|
a.
|
pelaksanaan
Pemindahtanganan telah mendapatkan persetujuan dari Pengelola Barang; dan
|
||
|
|
|
b.
|
pelaksanaan
Pemindahtanganan telah dilaksanakan sesuai persetujuan dari Pengelola Barang.
|
||
|
|
(2)
|
Pemantauan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b antara lain dilakukan terhadap:
|
|||
|
|
|
a.
|
jenis
Pemindahtanganan; dan
|
||
|
|
|
b.
|
penyetoran
penerimaan negara dari Pemindahtanganan.
|
||
|
|
Pasal 10
|
||||
|
|
Pemantauan
atas pelaksanaan Penatausahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 berupa
pemantauan atas kesesuaian antara pelaksanaan Penatausahaan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai Penatausahaan BMN.
|
||||
|
|
Pasal 11
|
||||
|
|
(1)
|
Pemantauan
terhadap pemeliharaan dan pengamanan BMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
antara lain dilakukan terhadap:
|
|||
|
|
|
a.
|
pemeliharaan
BMN telah sesuai dengan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran dan dokumen
penganggaran turunannya; dan
|
||
|
|
|
b.
|
pengamanan
BMN, yang meliputi pengamanan administrasi, pengamanan fisik, dan pengamanan
hukum, telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
|
||
|
|
(2)
|
Pemantauan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi tetapi tidak terbatas
pada:
|
|||
|
|
|
a.
|
memastikan
BMN berupa tanah telah bersertipikat atas nama Pemerintah Republik Indonesia
cq. Kementerian/Lembaga;
|
||
|
|
|
b.
|
memastikan
BMN tidak dikuasai oleh pihak lain; dan
|
||
|
|
|
c.
|
memastikan
BMN tidak dalam sengketa.
|
||
|
|
Paragraf 2
Tata Cara Pemantauan Pasal 12 |
||||
|
|
(1)
|
Kuasa
Pengguna Barang wajib melakukan pemantauan atas pelaksanaan Penggunaan,
Pemanfaatan, Pemindahtanganan, Penatausahaan, pemeliharaan dan pengamanan BMN
yang berada di bawah penguasaannya, yang terdiri dari:
|
|||
|
|
|
a.
|
pemantauan
periodik; dan
|
||
|
|
|
b.
|
pemantauan
insidentil.
|
||
|
|
(2)
|
Pemantauan
periodik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan 1 (satu)
tahun sekali.
|
|||
|
|
(3)
|
Kuasa
Pengguna Barang melakukan pemantauan periodik yang diselesaikan paling lama
akhir bulan Februari tahun berjalan, untuk kegiatan pelaksanaan Penggunaan,
Pemanfaatan, Pemindahtanganan, Penatausahaan, pemeliharaan dan pengamanan BMN
tahun sebelumnya.
|
|||
|
|
(4)
|
Pemantauan
insidentil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan
sewaktu-waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah diterimanya laporan
tertulis dari masyarakat dan/atau diperolehnya informasi dari media massa,
baik cetak maupun elektronik, dan harus diselesaikan paling lama 7 (tujuh)
hari kerja terhitung sejak tanggal dimulainya pelaksanaan pemantauan
insidentil bersangkutan.
|
|||
|
|
Pasal 13
|
||||
|
|
(1)
|
Pengguna
Barang memonitor pelaksanaan pemantauan yang dilakukan oleh Kuasa Pengguna
Barang.
|
|||
|
|
(2)
|
Pengguna
Barang dapat melakukan pemantauan insidentil sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12 ayat (4).
|
|||
|
|
Pasal 14
|
||||
|
|
(1)
|
Pemantauan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) dilakukan dengan cara:
|
|||
|
|
|
a.
|
penelitian
administrasi; dan/atau
|
||
|
|
|
b.
|
penelitian
lapangan.
|
||
|
|
(2)
|
Penelitian
administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan dengan
tahapan:
|
|||
|
|
|
a.
|
menghimpun
informasi dari berbagai sumber;
|
||
|
|
|
b.
|
mengumpulkan
dokumen; dan
|
||
|
|
|
c.
|
meneliti
dokumen.
|
||
|
|
(3)
|
Sumber
informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi:
|
|||
|
|
|
a.
|
laporan
dari satuan kerja/instansi di bawah Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang;
|
||
|
|
|
b.
|
hasil
penertiban BMN;
|
||
|
|
|
c.
|
Laporan
Barang Pengguna/Kuasa Pengguna Semesteran dan Tahunan;
|
||
|
|
|
d.
|
laporan
hasil audit aparat pengawasan intern Pemerintah;
|
||
|
|
|
e.
|
informasi
dari media massa, baik cetak maupun elektronik; dan/atau
|
||
|
|
|
f.
|
laporan
masyarakat.
|
||
|
|
(4)
|
Dokumen
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan huruf c merupakan dokumen yang
terkait dengan pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan,
Penatausahaan, pemeliharaan dan pengamanan BMN, yang meliputi tetapi tidak
terbatas pada:
|
|||
|
|
|
a.
|
dokumen
kepemilikan BMN;
|
||
|
|
|
b.
|
keputusan
Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang, terkait dengan pelaksanaan Penggunaan,
Pemanfaatan, Pemindahtanganan, Penatausahaan, pemeliharaan dan pengamanan
BMN; dan
|
||
|
|
|
c.
|
perjanjian
dengan pihak ketiga, terkait dengan pelaksanaan Pemanfaatan dan
Pemindahtanganan.
|
||
|
|
(5)
|
Dalam
hal hasil penelitian administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) belum
mencukupi, dapat dilakukan penelitian lapangan dengan cara diantaranya:
|
|||
|
|
|
a.
|
meninjau
objek BMN secara langsung;
|
||
|
|
|
b.
|
meminta
konfirmasi kepada pihak terkait; dan
|
||
|
|
|
c.
|
mengumpulkan
data tambahan.
|
||
|
|
Bagian Kedua
Penertiban Paragraf 1 Prinsip Umum Pasal 15 |
||||
|
|
Pengguna
Barang/Kuasa Pengguna Barang melakukan penertiban sebagai tindak lanjut dari:
|
||||
|
|
a.
|
hasil
pemantauan, apabila diketahui adanya ketidaksesuaian antara pelaksanaan
Penggunaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan, Penatausahaan, pemeliharaan dan
pengamanan BMN dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan/atau
|
|||
|
|
b.
|
surat
permintaan penertiban BMN dari Pengelola Barang, sebagai tindak lanjut dari
hasil pemantauan dan/atau Investigasi Pengelola Barang dan/atau hasil audit
aparat pengawasan intern Pemerintah.
|
|||
|
|
Pasal 16
|
||||
|
|
(1)
|
Pengguna
Barang/Kuasa Pengguna Barang melaksanakan penertiban sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 paling lama diselesaikan dalam waktu 15 (lima belas) hari
kerja sejak pemantauan selesai atau surat permintaan penertiban BMN dari
Pengelola Barang diterima.
|
|||
|
|
(2)
|
Jangka
waktu penertiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sebagai berikut:
|
|||
|
|
|
a.
|
apabila
merupakan kewenangan Kuasa Pengguna Barang, maka penertiban dilakukan paling
lama 15 (lima belas) hari kerja sejak pemantauan selesai atau surat
permintaan penertiban BMN dari Pengelola Barang diterima;
|
||
|
|
|
b.
|
apabila
merupakan kewenangan Pengguna Barang, maka Kuasa Pengguna Barang mengusulkan
kepada Pengguna Barang paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak pemantauan
selesai atau surat permintaan penertiban BMN dari Pengelola Barang diterima,
dan Pengguna Barang melakukan penertiban paling lama 15 (lima belas) hari
kerja sejak usulan dari Kuasa Pengguna Barang diterima; atau
|
||
|
|
|
c.
|
apabila
tindak lanjut penertiban merupakan kewenangan Pengelola Barang, maka Pengguna
Barang/Kuasa Pengguna Barang mengusulkan kepada Pengelola Barang paling lama
15 (lima belas) hari kerja sejak pemantauan selesai atau surat permintaan
penertiban BMN dari Pengelola Barang diterima.
|
||
|
|
Paragraf 2
Penertiban Atas Pelaksanaan Penggunaan BMN Pasal 17 |
||||
|
|
(1)
|
Pengguna
Barang/Kuasa Pengguna Barang melakukan penertiban terhadap Penggunaan apabila
dari hasil pemantauan ditemukan kondisi sebagai berikut:
|
|||
|
|
|
a.
|
BMN
belum diusulkan penetapan status Penggunaannya kepada Pengelola Barang;
|
||
|
|
|
b.
|
BMN
belum ditetapkan status Penggunaannya oleh Pengguna Barang sesuai dengan
batas kewenangannya;
|
||
|
|
|
c.
|
BMN
digunakan tidak sesuai dengan penetapan status Penggunaannya; dan/atau
|
||
|
|
|
d.
|
BMN
tidak digunakan untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga.
|
||
|
|
(2)
|
Hasil
penertiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib ditindaklanjuti oleh
Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang dengan melakukan hal berikut:
|
|||
|
|
|
a.
|
terhadap
kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, Pengguna Barang/Kuasa
Pengguna Barang mengajukan usul penetapan status Penggunaan kepada Pengelola
Barang;
|
||
|
|
|
b.
|
terhadap
kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, Pengguna Barang
menetapkan status Penggunaan sesuai batas kewenangannya;
|
||
|
|
|
c.
|
terhadap
kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, Pengguna Barang/Kuasa
Pengguna Barang mengembalikan Penggunaan BMN sesuai dengan penetapan status
Penggunaannya;
|
||
|
|
|
d.
|
terhadap
kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, Pengguna Barang/Kuasa
Pengguna Barang menyerahkan BMN tersebut kepada Pengelola Barang.
|
||
|
|
Paragraf 3
Penertiban Atas Pelaksanaan Pemanfaatan BMN Pasal 18 |
||||
|
|
(1)
|
Pengguna
Barang/Kuasa Pengguna Barang melakukan penertiban terhadap Pemanfaatan
apabila dari hasil pemantauan ditemukan kondisi sebagai berikut:
|
|||
|
|
|
a.
|
bentuk
Pemanfaatan tidak sesuai dengan persetujuan Pengelola Barang;
|
||
|
|
|
b.
|
jenis
usaha untuk sewa atau kerjasama Pemanfaatan tidak sesuai dengan keputusan
Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang dan/atau perjanjian/kontrak;
|
||
|
|
|
c.
|
jangka
waktu pelaksanaan Pemanfaatan melampaui jangka waktu yang diatur dalam
keputusan Pemanfaatan dari Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang dan/atau
perjanjian/kontrak;
|
||
|
|
|
d.
|
penerimaan
negara dari Pemanfaatan tidak dilaksanakan sesuai dengan materi dalam surat
persetujuan dari Pengelola Barang; dan/atau
|
||
|
|
|
e.
|
Pemanfaatan
yang dilakukan belum mendapatkan persetujuan Pengelola Barang.
|
||
|
|
(2)
|
Dari
hasil penertiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, huruf
c, dan huruf d, Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang melakukan upaya
penyelesaian sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian/kontrak, keputusan
Pemanfaatan dari Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang, dan surat persetujuan
dari Pengelola Barang.
|
|||
|
|
(3)
|
Dari
hasil penertiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, Pengguna
Barang/Kuasa Pengguna Barang mengajukan usul Pemanfaatan kepada Pengelola
Barang.
|
|||
|
|
Paragraf 4
Penertiban Atas Pelaksanaan Pemindahtanganan BMN Pasal 19 |
||||
|
|
(1)
|
Pengguna
Barang/Kuasa Pengguna Barang melakukan penertiban terhadap Pemindahtanganan
apabila dari hasil pemantauan ditemukan kondisi sebagai berikut:
|
|||
|
|
|
a.
|
bentuk
Pemindahtanganan tidak sesuai dengan persetujuan Pengelola Barang;
|
||
|
|
|
b.
|
jenis
Pemindahtanganan tidak sesuai dengan keputusan Pengguna Barang/Kuasa Pengguna
Barang; dan/atau
|
||
|
|
|
c.
|
penerimaan
negara dari Pemindahtanganan untuk penjualan tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
|
||
|
|
(2)
|
Dari
hasil penertiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b,
Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang membatalkan pelaksanaan
Pemindahtanganan tanpa penggantian dalam bentuk apapun dari APBN.
|
|||
|
|
(3)
|
Dari
hasil penertiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, Pengguna
Barang/Kuasa Pengguna Barang melakukan upaya penyelesaian sesuai dengan
ketentuan dalam risalah lelang, keputusan Pemindahtanganan dari Pengguna
Barang/Kuasa Pengguna Barang, dan/atau surat persetujuan dari Pengelola
Barang.
|
|||
|
|
Paragraf 5
Penertiban Atas Pelaksanaan Penatausahaan BMN Pasal 20 |
||||
|
|
(1)
|
Pengguna
Barang/Kuasa Pengguna Barang melakukan penertiban terhadap Penatausahaan
apabila dari hasil pemantauan ditemukan kondisi sebagai berikut:
|
|||
|
|
|
a.
|
BMN
tidak dicatat dalam SIMAK BMN;
|
||
|
|
|
b.
|
adanya
pencatatan ganda BMN dalam SIMAK BMN;
|
||
|
|
|
c.
|
laporan
BMN tidak tepat waktu; dan/atau
|
||
|
|
|
d.
|
rekonsiliasi
BMN dengan Pengelola Barang tidak dilakukan tepat waktu.
|
||
|
|
(2)
|
Dari
hasil penertiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pengguna Barang/Kuasa
Pengguna Barang melakukan koreksi pencatatan dalam SIMAK BMN dan/atau upaya
penyelesaian sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
|
|||
|
|
Paragraf 6
Penertiban Atas Pelaksanaan Pemeliharaan Dan Pengamanan BMN Pasal 21 |
||||
|
|
(1)
|
Pengguna
Barang/Kuasa Pengguna Barang melakukan penertiban terhadap pemeliharaan BMN
apabila dari hasil pemantauan terdapat ketidaksesuaian antara pelaksanaan
pemeliharaan BMN dengan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan dokumen
penganggaran turunannya.
|
|||
|
|
(2)
|
Dari
hasil penertiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pengguna Barang/Kuasa
Pengguna Barang melakukan upaya pemeliharaan sesuai dengan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan dokumen penganggaran turunannya.
|
|||
|
|
Pasal 22
|
||||
|
|
(1)
|
Pengguna
Barang/Kuasa Pengguna Barang melakukan penertiban terhadap pengamanan BMN
apabila dari hasil pemantauan ditemukan kondisi sebagai berikut:
|
|||
|
|
|
a.
|
BMN
berupa tanah belum bersertipikat atas nama Pemerintah Republik Indonesia c.q.
Kementerian/Lembaga;
|
||
|
|
|
b.
|
BMN
dikuasai oleh pihak lain; dan/atau
|
||
|
|
|
c.
|
BMN
dalam sengketa.
|
||
|
|
(2)
|
Penertiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan dengan cara:
|
|||
|
|
|
a.
|
dalam
hal BMN telah didukung oleh dokumen awal kepemilikan antara lain berupa
Letter C/D, sertipikat atas nama pihak yang melepaskan hak, akta jual beli,
akta hibah, atau dokumen setara lainnya, maka Pengguna Barang/Kuasa Pengguna
Barang segera memproses sertipikasi ke Kantor Pertanahan setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan;
|
||
|
|
|
b.
|
dalam
hal BMN tidak didukung dengan dokumen kepemilikan, Pengguna Barang/Kuasa
Pengguna Barang mengupayakan untuk memperoleh dokumen awal, seperti riwayat
tanah, melalui koordinasi dengan Pejabat Pemerintahan Desa, Pejabat
Pemerintahan Kecamatan, atau pihak terkait lainnya, yang selanjutnya dokumen
tersebut digunakan oleh Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang untuk
mendaftarkan BMN bersangkutan ke Kantor Pertanahan setempat untuk keperluan
pemrosesan penerbitan sertipikat atas nama Pemerintah Republik Indonesia c.q.
Kementerian/Lembaga; dan/atau
|
||
|
|
|
c.
|
menjaga
dan mengamankan BMN dari Penggunaan dan/atau Pemanfaatan oleh pihak yang
tidak berhak, antara lain dengan memasang tanda penguasaan tanah milik
negara, melakukan pemagaran, dan menitipkan BMN dimaksud kepada aparat
pemerintah seperti Kepala Desa, Lurah dan/atau Camat setempat.
|
||
|
|
(3)
|
Penertiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan dengan cara:
|
|||
|
|
|
a.
|
Pengguna
Barang/Kuasa Pengguna Barang melakukan pendekatan secara persuasif melalui
musyawarah dengan pihak yang menguasai BMN bersangkutan, baik dilakukan
sendiri maupun dengan mediasi aparat pemerintah yang terkait;
|
||
|
|
|
b.
|
apabila
upaya pendekatan persuasif tidak berhasil, maka Pengguna Barang/Kuasa
Pengguna Barang melakukan upaya hukum.
|
||
|
|
(4)
|
Upaya
hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b adalah sebagai berikut:
|
|||
|
|
|
a.
|
untuk
BMN berupa tanah, Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang mengajukan
pemblokiran hak atas tanah tersebut kepada Kantor Pertanahan setempat dalam
hal tanah telah bersertipikat, atau mengajukan permintaan pemblokiran tanah
kepada Kepala Desa, Lurah dan/atau Camat setempat dalam hal tanah belum
bersertipikat, guna menghindari adanya pengalihan hak atas tanah;
|
||
|
|
|
b.
|
untuk
BMN berupa tanah dan/atau bangunan, Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang
mengajukan penetapan pengosongan dari pengadilan setempat atas BMN tersebut
yang ditindaklanjuti dengan upaya pengosongan;
|
||
|
|
|
c.
|
Pengguna
Barang/Kuasa Pengguna Barang melakukan upaya hukum perdata ke pengadilan
dengan mengajukan gugatan/ intervensi; dan/atau
|
||
|
|
|
d.
|
Pengguna
Barang/Kuasa Pengguna Barang menyampaikan pelaporan kepada aparat penegak
hukum dalam hal diindikasikan adanya tindak pidana yang dilakukan pihak lain
tersebut.
|
||
|
|
(5)
|
Penertiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terhadap BMN yang menjadi objek
sengketa dalam perkara perdata dilakukan dengan cara:
|
|||
|
|
|
a.
|
dalam
hal Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang menjadi pihak, penanganan perkara
harus dilakukan dengan mengajukan bukti yang kuat, dan melakukan upaya hukum
sampai dengan peninjauan kembali;
|
||
|
|
|
b.
|
dalam
hal Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang tidak menjadi pihak, Pengguna
Barang/Kuasa Pengguna Barang wajib melakukan intervensi atas perkara yang
ada;
|
||
|
|
|
c.
|
dalam
hal Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang menjadi pihak berperkara dan Pengguna
Barang/Kuasa Pengguna Barang telah dinyatakan sebagai pihak yang kalah
berdasarkan putusan yang berkekuatan hukum tetap dan tidak ada upaya hukum
lain, Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang menyampaikan permohonan kepada
Pengelola Barang agar mengajukan gugatan perlawanan atas putusan dimaksud;
|
||
|
|
|
d.
|
dalam
hal Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang menjadi pihak berperkara dan telah
dinyatakan sebagai pihak yang kalah berdasarkan putusan yang telah
berkekuatan hukum tetap, dan upaya perlawanan dari Pengelola Barang telah
dinyatakan sebagai pihak yang kalah berdasarkan putusan yang berkekuatan
hukum tetap dan tidak mempunyai upaya hukum lain, maka putusan dimaksud
ditindaklanjuti dengan Penghapusan BMN sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
|
||
|
|
(6)
|
Penertiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terhadap BMN yang menjadi objek
sengketa dalam perkara pidana dilakukan dengan cara:
|
|||
|
|
|
a.
|
menyediakan
bukti-bukti yang kuat dan/atau saksi ahli yang menguatkan kepemilikan negara
atas BMN, melalui koordinasi antara Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang
dengan aparat penegak hukum yang menangani perkara pidana dimaksud; dan
|
||
|
|
|
b.
|
melakukan
monitoring secara cermat perkara pidana terkait BMN tersebut sampai dengan
adanya putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dan tidak
mempunyai upaya hukum lainnya.
|
||
|
|
Bagian Ketiga
Tindak Lanjut Hasil Pemantauan Dan Penertiban Pasal 23 |
||||
|
|
(1)
|
Pengguna
Barang/Kuasa Pengguna Barang dapat meminta aparat pengawasan intern
Pemerintah untuk melakukan audit atas tindak lanjut hasil pemantauan dan
penertiban.
|
|||
|
|
(2)
|
Permintaan
audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila ada indikasi
penyimpangan dalam pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan,
Penatausahaan, pemeliharaan dan pengamanan BMN.
|
|||
|
|
(3)
|
Pengguna
Barang/Kuasa Pengguna Barang menindaklanjuti hasil audit sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) sesuai peraturan perundang-undangan, termasuk melakukan upaya
hukum apabila dari hasil audit terbukti terdapat penyimpangan yang melibatkan
pihak ketiga.
|
|||
|
|
Bagian Keempat
Pelaporan Pasal 24 |
||||
|
|
(1)
|
Kuasa
Pengguna Barang membuat laporan tahunan hasil pengawasan dan pengendalian
BMN.
|
|||
|
|
(2)
|
Laporan
tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dengan format sebagaimana
diatur dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
|
|||
|
|
Pasal 25
|
||||
|
|
(1)
|
Laporan
tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 disampaikan oleh Kuasa Pengguna
Barang kepada Kepala KPKNL selaku Pengelola Barang dengan tembusan kepada
Pengguna Barang.
|
|||
|
|
(2)
|
Penyampaian
laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sudah diterima oleh
KPKNL paling lambat pada akhir bulan Maret.
|
|||
|
|
(3)
|
Apabila
terdapat pengelolaan BMN yang mengakibatkan penerimaan negara, maka laporan
tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilampiri dengan
salinan/fotokopi bukti setor penerimaan negara ke kas negara.
|
|||
|
|
BAB IV
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN OLEH PENGELOLA BARANG Bagian Kesatu Pejabat Pelaksana Pasal 26 |
||||
|
|
(1)
|
Pengawasan
dan pengendalian BMN oleh Pengelola Barang dilaksanakan oleh Direktur
Jenderal, Kepala Kanwil DJKN, dan Kepala KPKNL.
|
|||
|
|
(2)
|
Khusus
untuk Penggunaan, Pemanfaatan dan Pemindahtanganan BMN yang telah mendapatkan
surat penetapan/persetujuan/ keputusan dari Pengelola Barang, maka pengawasan
dan pengendalian BMN dilaksanakan oleh pihak Pengelola Barang yang
mengeluarkan surat penetapan/ persetujuan/keputusan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan di bidang pelimpahan wewenang pengelolaan BMN.
|
|||
|
|
Bagian Kedua
Tata Cara Pemantauan Pasal 27 |
||||
|
|
(1)
|
Kepala
KPKNL memilah data/informasi dari laporan tahunan hasil pengawasan dan
pengendalian BMN Kuasa Pengguna Barang berdasarkan data/informasi Pengelola
Barang yang mengeluarkan surat penetapan/persetujuan/keputusan pengelolaan
BMN.
|
|||
|
|
(2)
|
Kepala
KPKNL menyampaikan data/informasi dari laporan tahunan hasil pengawasan dan
pengendalian BMN Kuasa Pengguna Barang kepada Kepala Kanwil DJKN terhadap
pengelolaan BMN yang surat penetapan/persetujuan/keputusan dikeluarkan oleh
Kepala Kanwil DJKN dan Direktur Jenderal paling lama diterima minggu kedua
bulan April setiap tahun berjalan.
|
|||
|
|
(3)
|
Kepala
Kanwil DJKN memilah data/informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
menyampaikan data/informasi hasil pemilahan tersebut kepada Direktur Jenderal
atas pengelolaan BMN yang surat penetapan/persetujuan/keputusan dikeluarkan
oleh Direktur Jenderal paling lama diterima akhir bulan April setiap tahun
berjalan.
|
|||
|
|
Pasal 28
|
||||
|
|
(1)
|
Pengelola
Barang melakukan pemantauan atas pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, dan
pemindahtangan BMN yang terdiri dari:
|
|||
|
|
|
a.
|
pemantauan
periodik; dan
|
||
|
|
|
b.
|
pemantauan
insidentil, jika diperlukan.
|
||
|
|
(2)
|
Pemantauan
periodik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan 1 (satu)
tahun sekali atas laporan tahunan hasil pengawasan dan pengendalian BMN dari
Kuasa Pengguna Barang.
|
|||
|
|
(3)
|
Kepala
KPKNL melakukan pemantauan periodik yang diselesaikan paling lama akhir bulan
April tahun berjalan, untuk kegiatan pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, dan
Pemindahtanganan BMN tahun sebelumnya.
|
|||
|
|
(4)
|
Kepala
Kanwil DJKN melakukan pemantauan periodik yang diselesaikan paling lama akhir
bulan Mei tahun berjalan, untuk kegiatan pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan,
dan Pemindahtanganan BMN tahun sebelumnya.
|
|||
|
|
(5)
|
Direktur
Jenderal melakukan pemantauan periodik yang diselesaikan paling lama akhir
bulan Juni tahun berjalan, untuk kegiatan pelaksanaan Penggunaan,
Pemanfaatan, dan Pemindahtanganan BMN tahun sebelumnya.
|
|||
|
|
(6)
|
Pemantauan
insidentil sebagaimana disebut pada ayat (1) huruf b dilaksanakan
sewaktu-waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah diterima laporan
tertulis dari masyarakat dan/atau diperolehnya informasi dari media massa,
baik cetak maupun elektronik, dan harus diselesaikan paling lama 7 (tujuh)
hari kerja.
|
|||
|
|
Pasal 29
|
||||
|
|
(1)
|
Pemantauan
periodik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) huruf a dilakukan
dengan cara:
|
|||
|
|
|
a.
|
meneliti
data dan informasi dari laporan tahunan hasil pengawasan dan pengendalian BMN
dari Kuasa Pengguna Barang;
|
||
|
|
|
b.
|
membandingkan
data dan informasi sebagaimana dimaksud pada huruf a dengan data dan
informasi yang dimiliki Pengelola Barang dan/atau surat
persetujuan/keputusan/ penetapan dari Pengelola Barang; dan
|
||
|
|
|
c.
|
apabila
diperlukan, melakukan penelitian lapangan.
|
||
|
|
(2)
|
Pengelola
Barang dapat meminta keterangan tambahan kepada Pengguna Barang/Kuasa
Pengguna Barang, apabila isi dari laporan tahunan hasil pengawasan dan
pengendalian BMN dari Kuasa Pengguna Barang kurang jelas atau kurang memadai.
|
|||
|
|
Pasal 30
|
||||
|
|
(1)
|
Pemantauan
insidentil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) huruf b dilakukan
dengan cara:
|
|||
|
|
|
a.
|
penelitian
administrasi; dan/atau
|
||
|
|
|
b.
|
penelitian
lapangan, jika diperlukan.
|
||
|
|
(2)
|
Penelitian
administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan dengan
tahapan:
|
|||
|
|
|
a.
|
menghimpun
informasi dari berbagai sumber;
|
||
|
|
|
b.
|
mengumpulkan
dokumen; dan
|
||
|
|
|
c.
|
meneliti
dokumen.
|
||
|
|
(3)
|
Dalam
hal hasil penelitian administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) belum
mencukupi, dapat dilakukan penelitian lapangan dengan cara antara lain:
|
|||
|
|
|
a.
|
meninjau
objek BMN secara langsung;
|
||
|
|
|
b.
|
meminta
konfirmasi kepada pihak terkait; dan
|
||
|
|
|
c.
|
mengumpulkan
data tambahan.
|
||
|
|
Pasal 31
|
||||
|
|
Direktur
Jenderal dapat menugaskan Kepala Kanwil DJKN atau Kepala KPKNL untuk
melakukan penelitian lapangan terhadap pemantauan yang dilakukan oleh
Direktur Jenderal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dan Pasal 30.
|
||||
|
|
Bagian Ketiga
Investigasi Pasal 32 |
||||
|
|
Pengelola
Barang dapat melakukan Investigasi apabila dari hasil pemantauan terdapat
indikasi adanya penyimpangan.
|
||||
|
|
Pasal 33
|
||||
|
|
(1)
|
Investigasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dilakukan untuk mengumpulkan barang
bukti/informasi yang dengan barang bukti/informasi itu membuat terang dan
jelas mengenai suatu permasalahan guna dilakukan penyelesaian/penertiban.
|
|||
|
|
(2)
|
Investigasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara meliputi tetapi
tidak terbatas pada:
|
|||
|
|
|
a.
|
meminta
penjelasan tertulis kepada Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang;
|
||
|
|
|
b.
|
mengumpulkan
dokumen dan informasi terkait;
|
||
|
|
|
c.
|
melakukan
koordinasi dengan instansi terkait seperti Kementerian/Lembaga, Pemerintah
Daerah, atau pihak lain;
|
||
|
|
|
d.
|
mencatat
atau merekam fakta-fakta dengan cara audiensi, korespondensi, atau wawancara
dengan pihak-pihak terkait; dan
|
||
|
|
|
e.
|
melakukan
peninjauan lapangan.
|
||
|
|
(3)
|
Surat
permintaan penjelasan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
disusun dengan format sebagaimana diatur dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
|
|||
|
|
Pasal 34
|
||||
|
|
(1)
|
Dalam
hal hasil Investigasi terdapat indikasi kerugian negara, Direktur Jenderal
atas nama Menteri Keuangan dapat meminta aparat pengawasan intern pemerintah
untuk melakukan audit.
|
|||
|
|
(2)
|
Aparat
pengawasan intern pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
|
|||
|
|
|
a.
|
Inspektorat
Jenderal Kementerian/Lembaga; atau
|
||
|
|
|
b.
|
Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
|
||
|
|
(3)
|
Audit
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mekanisme sebagai
berikut:
|
|||
|
|
|
a.
|
Terhadap
audit yang dilakukan oleh BPKP:
|
||
|
|
|
|
1.
|
Direktur
Jenderal atas nama Menteri Keuangan mengajukan permintaan tertulis kepada
BPKP untuk melakukan audit;
|
|
|
|
|
|
2.
|
Hasil
audit tersebut disampaikan oleh BPKP kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur
Jenderal;
|
|
|
|
|
b.
|
Terhadap
audit yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal pada Kementerian/Lembaga:
|
||
|
|
|
|
1.
|
Direktur
Jenderal atas nama Menteri Keuangan menyampaikan permintaan kepada Sekretaris
Jenderal/Sekretaris Lembaga/Sekretaris Utama selaku Pengguna Barang pada
Kementerian/Lembaga untuk dilaksanakannya audit oleh Inspektorat Jenderal
pada Kementerian/Lembaga bersangkutan;
|
|
|
|
|
|
2.
|
Hasil
audit tersebut disampaikan oleh Inspektorat Jenderal pada Kementerian/Lembaga
kepada Sekretaris Jenderal/Sekretaris Lembaga/Sekretaris Utama selaku
Pengguna Barang pada Kementerian/Lembaga bersangkutan, dengan tembusan kepada
Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal.
|
|
|
|
Pasal 35
|
||||
|
|
Dalam
hal berdasarkan hasil audit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1)
terdapat hal-hal yang perlu ditindaklanjuti oleh Pengguna Barang/Kuasa
Pengguna Barang, Direktur Jenderal selaku Pengelola Barang menyampaikan hasil
audit tersebut kepada Sekretaris Jenderal/Sekretaris Lembaga/Sekretaris Utama
selaku Pengguna Barang pada Kementerian/Lembaga untuk menindaklanjutinya
sesuai peraturan perundang-undangan.
|
||||
|
|
Bagian Keempat
Pelaporan Pasal 36 |
||||
|
|
Pengelola
Barang membuat laporan tahunan hasil pengawasan dan pengendalian BMN.
|
||||
|
|
Pasal 37
|
||||
|
|
(1)
|
Kepala
KPKNL menyampaikan laporan tahunan hasil pengawasan dan pengendalian BMN
kepada Kepala Kanwil DJKN paling lama diterima minggu kedua bulan Mei setiap
tahun berjalan.
|
|||
|
|
(2)
|
Laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi hasil pemantauan dan/atau
Investigasi yang telah dilakukan oleh KPKNL.
|
|||
|
|
(3)
|
Laporan
tahunan hasil pengawasan dan pengendalian BMN sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disusun dengan format sebagaimana diatur dalam Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
|
|||
|
|
Pasal 38
|
||||
|
|
(1)
|
Kepala
Kanwil DJKN menyampaikan laporan tahunan hasil pengawasan dan pengendalian
BMN kepada Direktur Jenderal paling lama diterima minggu kedua bulan Juni
setiap tahun berjalan.
|
|||
|
|
(2)
|
Laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi :
|
|||
|
|
|
a.
|
kompilasi
laporan hasil pengawasan dan pengendalian BMN dari KPKNL; dan
|
||
|
|
|
b.
|
hasil
pemantauan dan Investigasi yang telah dilakukan Kantor Wilayah DJKN.
|
||
|
|
(3)
|
Laporan
tahunan hasil pengawasan dan pengendalian BMN sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disusun dengan format sebagaimana diatur dalam Lampiran IV yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
|
|||
|
|
Pasal 39
|
||||
|
|
Direktur
Jenderal membuat laporan tahunan hasil pengawasan dan pengendalian BMN, yang
diselesaikan paling lama pada minggu kedua bulan Juli setiap tahun berjalan.
|
||||
|
|
BAB V
SANKSI Pasal 40 |
||||
|
|
Terhadap
Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang yang:
|
||||
|
|
a.
|
tidak
melakukan pengawasan dan pengendalian BMN:
|
|||
|
|
|
1)
|
berupa
pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dan Pasal 13;
|
||
|
|
|
2)
|
berupa
penertiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18,
Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 22;
|
||
|
|
b.
|
tidak
melaporkan hasil pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 dan Pasal 25; dan/atau
|
|||
|
|
c.
|
tidak
menindaklanjuti hasil audit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3),
|
|||
|
|
dapat
dikenakan sanksi oleh Pengelola Barang berupa penundaan penyelesaian usulan
Pemanfaatan, Pemindahtanganan, atau Penghapusan BMN yang diajukan Pengguna
Barang/Kuasa Pengguna Barang.
|
||||
|
|
Pasal 41
|
||||
|
|
(1)
|
Setiap
kerugian negara akibat kelalaian, penyalahgunaan/pelanggaran hukum atas
pengelolaan BMN diselesaikan melalui tuntutan ganti rugi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
|
|||
|
|
(2)
|
Setiap
pihak yang mengakibatkan kerugian negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
|
|||
|
|
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP Pasal 42 |
||||
|
|
Peraturan
Menteri ini mulai berlaku 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal diundangkan.
|
||||
|
|
Agar
setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini
dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
|
||||
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
Ditetapkan
di Jakarta
|
|
|
|
|
|
|
pada
tanggal 27 Desember 2012
|
|
|
|
|
|
|
MENTERI
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
ttd.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
AGUS
D.W. MARTOWARDOJO
|
Diundangkan
di Jakarta
|
||||||
pada
tanggal 27 Desember 2012
|
||||||
MENTERI
HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA, |
||||||
|
||||||
ttd.
|
||||||
|
||||||
AMIR SYAMSUDIN
|
||||||
BERITA
NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 1352
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar